Abdiku Negaraku
Penulis : Suryadi, S.PD., M.PD & Arsida Nur, S.PD.,Gr.,M.Pd
Copyright © 2019 Suryadi & Arsida Nur
Editor : Suyatna, S.Pd
Tata Letak: Ananda
Desain Cover: Ananda
Surabaya,
Jawa Timur
Terbit:
bulan, tahun
ISBN:
978-623-7346-55-5
Pengabdian
adalah keikhlasan yang timbul dari hati seseorang, ikhlas dalam
menjalankan tugas, tidak ada rasa beban dan rasa paksaan. Hal inilah
yang selalu tertanam dalam hatiku. Rasanya aku terpanggil mengabdi ke
daerah-daerah terpencil untuk menjadi seorang guru dan berbagi sekelumit
ilmu yang nantinya akan menjadi ladang pahala di akhirat kelak. Semua
orang beranggapan bahwa keinginanku untuk mengabdi
ke negeri orang sangat kuat dan berani padahal hanya ada satu tekad
yaitu untuk membahagiakan orang tua. Aku tidak mau menjadi beban bagi
keluarga di rumah. Selain itu aku sangat berharap untuk melanjutkan
pendidikan ke S2.
Nangro Aceh Darussalam merupakan daerah pengabdianku. Selama setahun aku menabur kebaikan menjadi seorang guru. Menjadi guru di sekolah dan guru di Dayah (guru mengaji). Rasa rindu kepada keluarga dan tanah air selalu menyelimutiku setiap hari dan setiap malam namun aku selalu meredamnya dengan untaian doa di atas sajadah dan harapan di saat melangkah. Doa hamba merupakan impian. Impian masa depanku, impian untuk menuju kesuksesanku, Impian menuju kejayaanku. Impian yang setiap hari datang menyelimutiku. Semoga impianku ini dikabulkan oleh sang pencipta Allah SWT.
Akhir cerita pengabdianku ini berbuah manis tatkala kepulanganku ditangisi dan pelukan hangat dari warga, oleh-oleh berupa kado yang terkumpul selama pengabdian yang kuperoleh dari orangtua dan murid-muridku serta ribuan ucapan terima kasih dari warga karena sudah mendidik dengan ikhlas dan sepenuh hati.
Selamat tinggal Aceh loen sayang, Terima kasih atas semuana.(YANG NA TAJAGA, YANG GALOMNA TAJAKMITA).
Nangro Aceh Darussalam merupakan daerah pengabdianku. Selama setahun aku menabur kebaikan menjadi seorang guru. Menjadi guru di sekolah dan guru di Dayah (guru mengaji). Rasa rindu kepada keluarga dan tanah air selalu menyelimutiku setiap hari dan setiap malam namun aku selalu meredamnya dengan untaian doa di atas sajadah dan harapan di saat melangkah. Doa hamba merupakan impian. Impian masa depanku, impian untuk menuju kesuksesanku, Impian menuju kejayaanku. Impian yang setiap hari datang menyelimutiku. Semoga impianku ini dikabulkan oleh sang pencipta Allah SWT.
Akhir cerita pengabdianku ini berbuah manis tatkala kepulanganku ditangisi dan pelukan hangat dari warga, oleh-oleh berupa kado yang terkumpul selama pengabdian yang kuperoleh dari orangtua dan murid-muridku serta ribuan ucapan terima kasih dari warga karena sudah mendidik dengan ikhlas dan sepenuh hati.
Selamat tinggal Aceh loen sayang, Terima kasih atas semuana.(YANG NA TAJAGA, YANG GALOMNA TAJAKMITA).