Ibu Berdarah
K u m p u l a n P u i s i
Cetakan Pertama:
Juni 2019
Surabaya,
Jawa Timur
Penulis:
Iqas Febry
Penata
Letak: Kanaka
Penata
Sampul: Kanaka
Pemeriksa
Aksara: Asroful A
ISBN: 978-623-7346-07-4
Tebal:
138 hlm
Membaca
kumpulan puisi ini, ada sugesti bahwa kata kata di dalamnya sedang
berjuang. Memilih tema dan gaya penulisan itu saja sudah pasti memiliki
perjuangan tersendiri. Melawan kebiasaan budaya dalam karya sastra
puisi. Seakan puisi ini memiliki jiwa sendiri, mewakili penulis.
Secara teknis diksi, rima dan silabel yang dipakai memperlihatkan ada estetika yang dikedepankan. Pun demikian agaknya memilih genre realis sosial adalah perjuangan penulis melawan arus karya sastra kebanyakan. Memilih jalan sunyi jauh dari tema seperti roman yang digilai oleh kaum milenial sekarang. Penulis adalah pejuang yang memilih jalan budaya sebagai ruangnya.
Medan, 25 Mei 2019
Muslim Silaen
Di awal saya mengira buku ini biasa saja, seperti pada umumnya buku-buku lain yang banyak berkisah soal konflik ‘cinta’ dan kehidupan yang sifatnya lebih kepada pengalaman hidup yang bersifat ‘pribadi’. Namun ketika penulis memberi tahu secara langsung bahwa kumpulan puisi ini diberi judul IBU BERDARAH, saya langsung punya gambaran bahwa ini bukan tulisan hiburan semata, terlebih ketika saya membaca isinya, ekspetasi tadi terbuktikan. Saya sungguh terkesima dengan kemampuaan penulis, terutama soal pilihan diksi IBU BERDARAH sebagai judul yang dipilih untuk menggambarkan situasi bangsa yang dalam keadaan terporak porandakan saat ini. Kalimat pada puisi-puisi ini juga begitu kuat dan sarat makna, karena buku ini dilukiskan dengan sudut pandang yang berbeda dari sudut pandang yang biasa diimani oleh banyak orang pada umumnya. Di satu sisi, saya menangkap rasa cemas, gusar, dan marah pada jiwa sang penulis dalam melihat keadaan ibu pertiwi yang mengalami pendarahan secara serius, sembari meminta tolong pada kita sebagai anak yang lahir dari rahimnya agar segera menolong dan menghentikan pendarahan itu. Dan di sisi lain puisi-puisi ini seakan memberi kita semangat untuk tetap mengggali asa serta mengejar mimpi akan cita dan cinta, layaknya cinta seorang ibu terhadap anaknya, sebab cinta ibu terhadap anaknya itulah bagi kita salah satu identitas yang tak bisa kita pisahakan sekalipun ajal menjemput.
Saya kira buku IBU BERDARAH adalah karya seni yang patut dibaca oleh kita semua dan selamat buat kawan Iqas Febry atas karyanya.
Sumbawa, 8 Juni 2019
Hermansyah
Secara teknis diksi, rima dan silabel yang dipakai memperlihatkan ada estetika yang dikedepankan. Pun demikian agaknya memilih genre realis sosial adalah perjuangan penulis melawan arus karya sastra kebanyakan. Memilih jalan sunyi jauh dari tema seperti roman yang digilai oleh kaum milenial sekarang. Penulis adalah pejuang yang memilih jalan budaya sebagai ruangnya.
Medan, 25 Mei 2019
Muslim Silaen
Di awal saya mengira buku ini biasa saja, seperti pada umumnya buku-buku lain yang banyak berkisah soal konflik ‘cinta’ dan kehidupan yang sifatnya lebih kepada pengalaman hidup yang bersifat ‘pribadi’. Namun ketika penulis memberi tahu secara langsung bahwa kumpulan puisi ini diberi judul IBU BERDARAH, saya langsung punya gambaran bahwa ini bukan tulisan hiburan semata, terlebih ketika saya membaca isinya, ekspetasi tadi terbuktikan. Saya sungguh terkesima dengan kemampuaan penulis, terutama soal pilihan diksi IBU BERDARAH sebagai judul yang dipilih untuk menggambarkan situasi bangsa yang dalam keadaan terporak porandakan saat ini. Kalimat pada puisi-puisi ini juga begitu kuat dan sarat makna, karena buku ini dilukiskan dengan sudut pandang yang berbeda dari sudut pandang yang biasa diimani oleh banyak orang pada umumnya. Di satu sisi, saya menangkap rasa cemas, gusar, dan marah pada jiwa sang penulis dalam melihat keadaan ibu pertiwi yang mengalami pendarahan secara serius, sembari meminta tolong pada kita sebagai anak yang lahir dari rahimnya agar segera menolong dan menghentikan pendarahan itu. Dan di sisi lain puisi-puisi ini seakan memberi kita semangat untuk tetap mengggali asa serta mengejar mimpi akan cita dan cinta, layaknya cinta seorang ibu terhadap anaknya, sebab cinta ibu terhadap anaknya itulah bagi kita salah satu identitas yang tak bisa kita pisahakan sekalipun ajal menjemput.
Saya kira buku IBU BERDARAH adalah karya seni yang patut dibaca oleh kita semua dan selamat buat kawan Iqas Febry atas karyanya.
Sumbawa, 8 Juni 2019
Hermansyah